Khairina Ulfa Syaimi
S2 BK Reguler 2015
Bab
I
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang
dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya
sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan,
belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh
seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak
tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan.
Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam
proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai
dengan maksimal.
Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip
pembelajaran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan.
Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara
pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang
teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum
pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang
terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi
belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses
belajar.
Rumusan
Masalah
1. .Apakah
Makna dan Ciri Belajar?
2. Apakah pengertian Teori Belajar Kognitif?
3. Sebutkan
Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
4. Bagaimanakah
Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
5. Apa
sajakah Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Tujuan
Penulisan
1. Agar
dapat memahami makna dan ciri belajar bagi seorang pendidik dan peserta didik.
2. Agar
dapat memahami tentang teori belajar kognitif bagi seorang pendidik dan peserta
didik.
3. Agar
dapat mengetahui tokoh-tokoh di dalam teori belajar kognitif dan dapat
mengambil suatu pelajaran dalam teori tersebut untuk diterapkan di dalam
belajar.
4. Agar
dapat mengetahui prinsip-prinsip di dalam teori belajar kognitif .
5. Agar
dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif
Bab II
Pembahasan
A.Makna
dan Ciri Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia
yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui
belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami
perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung
oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa belajar
membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola
pikir dari seseorang.
Meskipun terdapat titik pertemuan antara berbagai
pendapat para ahli mengenai apa itu hakekat dari perbuatan belajar ialah
perubahan perilaku dan pribadi.Dengan demikian inti belajar yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan
kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat dari proses
adalah adanya interaksi antara pendidik dengahn peserta didiksebagai proses
pembelajaran,dan perubahan ini tampak pada perubahan tingkah laku yang
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar.
Ciri-Ciri Umum Pendidikan,Belajar,dan Perkembangan
Unsur-Unsur
|
Pendidikan
|
Belajar
|
Perkembangan
|
1.Pelaku
|
Guru sebagai pelaku mendidik siswa yang terdidik
|
Siswa bertindak
belajar atau pelajar
|
Siswa yang mengalami perubahan
|
2.Tujuan
|
Membantu siswa untuk menjadi pribadi yang utuh
|
Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
|
Memperoleh perubahan mental
|
3.Proses
|
Proses interaksi sebagai factor eksternal belajar
|
Internal pada diri pembelajar
|
Internal pada diri
pembelajar
|
4.Tempat
|
Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah
|
Sembarang tempat
|
Sembarang tempat
|
5.Lama Waktu
|
Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga
|
Sepanjang hayat
|
Sepanjang hayat
|
6.Syarat terjadi
|
Guru memiliki kewibawaan pendidikan
|
Motivasi belajar kuat
|
Kemauan mengubah diri
|
7.Ukuran Keberhasilan
|
Terbentuk pribadi terpelajar
|
Dapat memecahkan masalah
|
Terjadi perubahan
positif
|
8.Faedah
|
Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa
|
Bagi pelajar mempertinggi martabat pribadi
|
Bagi pembelajar memperbaiki kemajuan mental
|
9.Hasil
|
Pribadi sebagai pembangun yang kreatif
|
Hasil belajar sebagai dampak pengajaran
|
Kemajuan ranah kognitif,afektif, psikomotorik
|
Dari ketiga pandangan diatas dapat
dipahami bahwa perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat dimanifestasikan
dalam wujud :
1. Pertambahan
materi pengetahuan yang berupa fakta,informasi,prinsip hokum atau
kaidah,prosedur atau pola kerja.
2. Penguasaan
pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berfikir,afektif dan
psikomotorik.
3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian
Setiap
perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh-oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik antara lain:
a. Belajar
menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi
terus-menerus,yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang
bersifat individual.
c. Belajar
merupakan kegiatan yang bertujuan,yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses
belajar.
d. Belajar
adalah proses interaksi
e. Belajar
berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.
Dari
pembahasan diatas ditegaskan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan,yaitu
belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik.
B.Pengertian
Teori Belajar kognitif
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20
adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses
berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H.
Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif
memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di
atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak
pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental
seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang
beranggapan bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
persepsi untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku.
Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa
“Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif dan berbekas.”(http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini berarti
bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami
oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses
belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif
memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama
unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari
luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap
yang bersifat relatif dan berbekas.
C.Tokoh-Tokoh
Belajar Kognitif
1.Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi
Kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya
teori belajar Gestalt.Gestalt dalam bahasa Jerman berarti “whole
configuration”atau bentuk yang utuh,pola,kesatuan dan keseluruhan Gestalt
adalah keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian.Peletak dasar psikologi
Gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943)yang meneliti i tentang pengamatan dan
problem solving (pemecahan masalah)dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan
metode menghafal di sekolah,dan mengehendaki agar murid belajar dengan
pengertian bukan hafalan.Sumbangan ini diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941)yang
menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan;Kemudian Wolfgang
meneliti tentang insight pada simpanse.
Kohler (1927)menemukan tumbuhnya insight pada seekor
simpanse di pulau Canary dengan menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh
pisang yang terletak diluar kurungan atau tergantung diatas kurungan.Dalam
eksperimen itu Kohler mengamati,bahwa kadangkala simpanse dapat memecahkan
masalah secara mendadak,kadangkala gagal meraih pisang,kadangkala duduk
merenungkan masalah,kemudian secara tiba-tiba merenungkan pemecahan masalah.
Jadi Menurut Pandangan
Gentaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada manusia) harus
mampu menangkap makna dari hubungan-hubungan antara bagian yang satu dengan
bagian lainnya.Penangkapan makna hubungan ini yang disebut
memahami,mengerti,atau “insight”.Insingt itu sering dihubungkan dengan
pernyataan spontan “oh-see-now”.
2.Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin
Bertolak dari penemuan Gestalt
Psychology,Kurt Lewin (1827-1947)mengembangkan suatu teori belajar
cognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi
social.Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi
antarkekuatan-kekuatan,baik yang dari dalam diri individu seperti
tujuan,kebutuhan,tekanan kejiwaan;maupun dari luar diri individu seperti
tantangan dan permasalahan.Menurut Lewin,belajar ber-langsung sebagai akibat
dari perubahan dalam struktur kognitif .Perubahan struktur kognitif itu adalah
hasil dari dua macam kekuatan,satu dari struktur medan kognisi (pusat berfikir)
sendiri,yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu.Lewin
memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.
3.Teori Belajar Cognitive Developmental dari Piaget
Piaget adalah seorang psikolog developmental
karena penelitiannnya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan
umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.Dia adalah salah seorang
psikologi suatu teori komperhensif
tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir.
Menurut
Piaget,bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek:
a) Structure
Disebut
juga scheme.Sheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang.Scheme
berhubungan dengan:
ü Refleks-refleks
pembawaan ;misalnya bernapas,makan,minum.
ü Scheme
mental;misalnya scheme of operation (pola tingkah laku yang masih sukar/sulit
diamati seperti sikap).
b) Isi;disebut
juga content,yaitu pola tingkah spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu
masalah.
c) Fungsi;disebut
juga function,yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan
intelektual.Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam,yaitu organisasi dan
adaptasi.
-
Organisasi;berupa
kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk
sistem-sistem yang koheren
-
Adaptasi;yaitu adaptasi
individu terhadap lingkungannya.Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses:
·
Asimilasi yaitu
proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui
prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa),
dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut
asimilasi.
·
Akomodasi yaitu
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa
diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian
tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
·
Equilibrasi
(penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang
memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
Dengan penjelasan seperti diatas dapatlah kita
ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses
kontinu dari adanya keseimbangan.Bila individu menjaga keseimbangan.Individu
akan mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.Penerapan di
dalam belajar yaitu perkembangan kognitif (berfikir)bergantung pada cara yang
dilakukan untuk mencapai keseimbangan.
Dan juga belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh guru berupa
pertanyaan-pertanyaan aagar dapat melatih berpikir para siswa. Guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4.Jerome Bruner dengan Discovely Learning-nya
Bruner memakai cara dengan apa yang
disebutnya discovery learning,yaitu
dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir.Sehingga ide Bruner itu ditulis dalam bukunya process of Education.Di
dalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu pertemuan diantara para ahli
since,ahli sekolah/pemgajaran dan pendidik tentang pengajaran scince.Dalam hal
ini ia mengemukakan pendapatnya,bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara
efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Dengan penjelasan seperti diatas
dapatlah kita ketahui bahwa Jerome Bruner dengan Dicovely Learningnya itu
mengungkapkan bahwa anak itu harus berperan aktif di dalam belajar di kelas dan
juga seorang guru harus memberikan bahan pelajaran dan membuat kurikum kepada muridnya sesuai intelektual
siswa-siswi tersebut.
5.David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa
“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar
tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan
kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang
utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang
program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang
dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan
pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam
merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)
melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai
karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4)
menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5)
mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik
pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan
hasil belajar peserta didik.
D.Prinsip-Prinsip
Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89)
yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
- Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
- Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
- Menekankan pada pola pikir peserta didik
- Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
- Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
- Menerapkan reward and punishment
- Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
D.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian
pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan –
kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa
kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/,
antara lain:
1.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih
kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide
dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya
pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada
saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya,
tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
b.
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar
lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh
kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola
pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
2.
Kelemahan Teori Belajar kognitif
a.
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka
Cipta
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Prenada Media Group
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan
Praktik. Jakarta : PT. Indeks
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina
Aksara
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran.
Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rajawali
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Syah, Muhibbin, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997.
Hadis, Abdul, Psikologi
Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.
Uno, Hamzah B., Orientasi
Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar