Selasa, 08 Maret 2016

Teori Belajar



Khairina Ulfa Syaimi
S2 BK Reguler 2015
Bab I
A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.

Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.



Rumusan Masalah
1.      .Apakah Makna dan Ciri  Belajar?
2.       Apakah pengertian Teori Belajar Kognitif?
3.      Sebutkan Tokoh-Tokoh  Teori Belajar Kognitif
4.      Bagaimanakah Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
5.      Apa sajakah Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Tujuan Penulisan
1.      Agar dapat memahami makna dan ciri belajar bagi seorang pendidik dan peserta didik.
2.      Agar dapat memahami tentang teori belajar kognitif bagi seorang pendidik dan peserta didik.
3.      Agar dapat mengetahui tokoh-tokoh di dalam teori belajar kognitif dan dapat mengambil suatu pelajaran dalam teori tersebut untuk diterapkan di dalam belajar.
4.      Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip di dalam teori belajar kognitif .
5.      Agar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif
Bab II
Pembahasan
A.Makna dan Ciri Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir dari seseorang.
Meskipun terdapat titik pertemuan antara berbagai pendapat para ahli mengenai apa itu hakekat dari perbuatan belajar ialah perubahan perilaku dan pribadi.Dengan demikian inti belajar yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara pendidik dengahn peserta didiksebagai proses pembelajaran,dan perubahan ini tampak pada perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar.
Ciri-Ciri Umum Pendidikan,Belajar,dan Perkembangan
Unsur-Unsur
Pendidikan
Belajar
Perkembangan
1.Pelaku
Guru sebagai pelaku mendidik siswa yang terdidik
Siswa bertindak belajar atau pelajar
Siswa yang mengalami perubahan
2.Tujuan
Membantu siswa untuk menjadi pribadi yang utuh
Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
Memperoleh perubahan mental
3.Proses
Proses interaksi sebagai factor eksternal belajar
Internal pada diri pembelajar
Internal pada diri pembelajar
4.Tempat
Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah
Sembarang tempat
Sembarang tempat
5.Lama Waktu
Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga
Sepanjang hayat
Sepanjang hayat
6.Syarat terjadi
Guru memiliki kewibawaan pendidikan
Motivasi belajar kuat
Kemauan mengubah diri
7.Ukuran Keberhasilan
Terbentuk pribadi terpelajar
Dapat memecahkan masalah
Terjadi perubahan positif
8.Faedah
Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa
Bagi pelajar mempertinggi martabat pribadi
Bagi pembelajar memperbaiki kemajuan mental
9.Hasil
Pribadi sebagai pembangun yang kreatif
Hasil belajar sebagai dampak pengajaran 
Kemajuan ranah kognitif,afektif, psikomotorik
            Dari ketiga pandangan diatas dapat dipahami bahwa perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud :
1.      Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta,informasi,prinsip hokum atau kaidah,prosedur atau pola kerja.
2.      Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berfikir,afektif dan psikomotorik.
3.       Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian
Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh-oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain:
a.       Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus,yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
b.       Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
c.       Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan,yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.
d.      Belajar adalah proses interaksi
e.       Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.
Dari pembahasan diatas ditegaskan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan,yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik.
B.Pengertian Teori Belajar kognitif
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.

Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.

Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.”(http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
C.Tokoh-Tokoh Belajar Kognitif
1.Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt.Gestalt dalam bahasa Jerman berarti “whole configuration”atau bentuk yang utuh,pola,kesatuan dan keseluruhan Gestalt adalah keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian.Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943)yang meneliti i tentang pengamatan dan problem solving (pemecahan masalah)dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah,dan mengehendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan.Sumbangan ini diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941)yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan;Kemudian Wolfgang meneliti tentang insight pada simpanse.
Kohler (1927)menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse di pulau Canary dengan menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak diluar kurungan atau tergantung diatas kurungan.Dalam eksperimen itu Kohler mengamati,bahwa kadangkala simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak,kadangkala gagal meraih pisang,kadangkala duduk merenungkan masalah,kemudian secara tiba-tiba merenungkan pemecahan masalah.
            Jadi Menurut Pandangan Gentaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada manusia) harus mampu menangkap makna dari hubungan-hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya.Penangkapan makna hubungan ini yang disebut memahami,mengerti,atau “insight”.Insingt itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “oh-see-now”.
2.Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin
            Bertolak dari penemuan Gestalt Psychology,Kurt Lewin (1827-1947)mengembangkan suatu teori belajar cognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social.Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antarkekuatan-kekuatan,baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan,kebutuhan,tekanan kejiwaan;maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan.Menurut Lewin,belajar ber-langsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif .Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan,satu dari struktur medan kognisi (pusat berfikir) sendiri,yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu.Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.
3.Teori Belajar Cognitive Developmental dari Piaget
            Piaget adalah seorang psikolog developmental karena penelitiannnya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.Dia adalah salah seorang psikologi  suatu teori komperhensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir.


Menurut Piaget,bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek:
a)      Structure
Disebut juga scheme.Sheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang.Scheme berhubungan dengan:
ü  Refleks-refleks pembawaan ;misalnya bernapas,makan,minum.
ü  Scheme mental;misalnya scheme of operation (pola tingkah laku yang masih sukar/sulit diamati seperti sikap).
b)      Isi;disebut juga content,yaitu pola tingkah spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
c)      Fungsi;disebut juga function,yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam,yaitu organisasi dan adaptasi.
-          Organisasi;berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheren
-          Adaptasi;yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya.Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses:
·         Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif  yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai  informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
·         Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
·         Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.

Dengan penjelasan seperti diatas dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses kontinu dari adanya keseimbangan.Bila individu menjaga keseimbangan.Individu akan mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.Penerapan di dalam belajar yaitu perkembangan kognitif (berfikir)bergantung pada cara yang dilakukan untuk mencapai keseimbangan.
Dan juga belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan aagar dapat melatih berpikir para siswa. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4.Jerome Bruner dengan Discovely Learning-nya
            Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya  discovery learning,yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.Sehingga ide Bruner itu ditulis dalam bukunya process of Education.Di dalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu pertemuan diantara para ahli since,ahli sekolah/pemgajaran dan pendidik tentang pengajaran scince.Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya,bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
            Dengan penjelasan seperti diatas dapatlah kita ketahui bahwa Jerome Bruner dengan Dicovely Learningnya itu mengungkapkan bahwa anak itu harus berperan aktif di dalam belajar di kelas dan juga seorang guru harus memberikan bahan pelajaran dan membuat kurikum  kepada muridnya sesuai intelektual siswa-siswi tersebut.
5.David Ausubel

Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
D.Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
  • Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
  • Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
  • Menekankan pada pola pikir peserta didik
  • Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
  • Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
  • Menerapkan reward and punishment
  • Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/, antara lain:

1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
2. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.






DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997.
Hadis, Abdul, Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar